Latest Post

Mari Sambut Ramadhan dengan berbagi...

Written By Amien on Rabu, 18 Juli 2012 | 19.15


Ilustrasi Gambar : manyaraninfo.blogspot.
www.ulurkantanganmu.org, melalui gerakannya, pada bulan Ramadhan 1433 H 2012 M, Insya Allah akan membagikan bantuan Air Bersih di  Kabupaten Wonogiri yang dikemas dalam “Ramadhan Berbagi”  

Sasaran program ini adalah meliputi beberapa desa dan Kecamatan dibagian selatan Kab. Wonogiri (Pracimantoro dan Paranggupito), dengan kategori Desa dan kecamatan yang kekeringan dan Mengalami kesulitan air bersih.

Proses ini Insya Allah akan memberikan kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Wonogiri yang akan mendapatkan Bantuan Air bersih tersebut.
Secara standar harga Air memang tidak terlalu mahal, sesuai dengan kebutuhan, namun karena ketiaadaan sumber mata air dan jarak tempuh puluhan kilo meter dan medan yang sulit mengakibatkan Air Bersih Begitu Mahal.

Salurkan kepedulian anda via Mandiri an. Tarmin No Rek. 138-00-0686197-0, setelah melakukan transfer mohon konfirmasi jumlah dan alamat lengkap via email amiengmc_01@yahoo.com ataupun bisa sms ke 085293174612 untuk pengelolaan Administrasi. Terima kasih, Semoga Allah memberikan balasan atas kebaikan sahabat semua! Amiin!

ilustrasi foto by : manyaraninfo

"1000 BUKU" Untuk Putri Mbah Ni

Written By Amien on Selasa, 17 Juli 2012 | 01.14


Dian Ning Pur Nami adalah siswa Kelas X Program keahlianTata Boga Bidang Keahlian Pati Seri di SMK Negeri 2 Ponorogo, Merupakan anak dari Mbah KATENI, atau seing kali beliau ini dipanggil Mbah Ni yang merupakan salah satu Pesuruh di SMK Negeri 2 Ponorogo. Kesederhanaan dan ketekunan ibadah yang selalu membuatnya semangat untuk menjalani aktifitasnya sebagai pesuruh,  Mbah Ni adalah sesepuh yang banyak memendam cerita hikmah dan unik di SMK Negeri 2 Ponorogo. Beliau berkarakter ulet dan ramah. Ulet, karena di usia beliau yang sudah senja, masih tetap bekerja seperti anak muda pantang menyerah, pulang pergi kerja masih kuat naik sepeda onthel, dan beliau juga ramah kepada siapapun baik kepada bapak/ibu guru maupun kepada siswa.
Kini beliau memasuki usia 76 tahun dengan penuh keikhlasan dan ketekunan ia jalani aktifitas dengan ikhlas. Wajah beliau yang sudah keriput dan mata yang sudah mulaikurang dalam penglihatan tidak menghalangi Mbah Ni  untuk tetap bekerja di SMK Negeri 2 Ponorogo setiap hari. Mulai dari menyiapkan minum buat bapak/ibu guru, menyiangi rumput, membersihkan taman, membuang sampah, semua itu ia lakoni demi anak dan keluarganya, sebetulnya Mbah Ni sudah lama bekerja di SMK Negeri 2 Ponorogo, tapi entah mengapa beliau belum diangkat menjadi PNS, mungkin karena faktor usia. Di sela-sela pekerjaannya mbah ni selalu tepat waktu untuk menunaikan ibadah sholat, selebihnya saya melarutkan diri shalat tahajud. Saya minta pada Allah, kalau ini jalan hidup saya, maka mudahkan ya Allah….”.
Walau tidak seberapa gaji yang ia terima tapi mbah ni tetap dengan ikhlas menjalani semua itu, demi anak-anaknya untuk menjadi yang lebih baik.  Subhanallah, sungguh ini suri tauladan buat kita.
Semoga apa yang dicita-citakan mbah ni dapat tercapai!!

Semoga kebaikan dari para sahabat semua mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Amiin,

7 Telaga Paranggupito Wonogiri Jawa Tengah Tinggal Tanah

Written By Amien on Senin, 16 Juli 2012 | 07.31


Wonogiri Jejaknews – Kalangan camat dari 8 wilayah di Kabupaten Wonogiri sama-sama mengeluh soal mulai datangnya bencana kekeringan dan krisis air bersih di daerahnya. Mereka berujar belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi bencana yang telah menjadi semacam siklus tahunan tersebut.
Camat Giritontro, Kuswandi dalam melaporkan luasan cakupan daerah terdampak bencana kekeringan di Ruang Data, Jumat (29/6), mengatakan ada 5 desa/kelurahan yang warganya kesulitan memperoleh pasokan air. Yakni Desa Ngargoharjo, Tlogosari, Tlogoharjo, Jatirejo, dan Kelurahan Bayemharjo.
“Total jiwa dari kelima wilayah 11.370, terbagi dalam 3.218 KK, dan masuk di 59 dusun, rata-rata berada di wilayah bagian selatan dan timur yang merupakan daerah bukit karst, belum ada solusinya, jadi masih mengandalkan bantuan dropping air bersih,“ ujar Kuswandi.
Camat Paranggupito, Purwoto, mengungkapkan dari total 7 telaga yang ada tak satupun menyisakan air. Kesemuanya kering kerontang. “Sudah hampir satu bulan ini telaga mengering, beruntung ada sedikit pasokan air dari PDAM, tapi khusus wilayah Desa Gendayakan tidak terdapat instalasi ledeng, jadi tolong kalau ada bantuan air bersih supaya didistribusikan ke Gendayakan dulu,” pintanya.
Sumber : : http://www.jejaknews.com/?p=3889

Alhamdulillah Mas kemarin aku donasi, sudah diganti oleh Allah!

Written By Amien on Minggu, 15 Juli 2012 | 04.50


Alhamdulillah Mas kemarin aku donasi, sudah diganti oleh Allah! Demikian tutur sahabat Anies Yulia salah satu staf keuangan Rumah Sakit Muhammadiyah Wonogiri, menuturkan kisahnya kepada admin www.ulurkantanganmu.org melalui inbox messagenya. Ternyata sahabat Anis ini merupakan salah satu donatur yang dengan ikhlas telah mendonasikan sebagian rizqinya untuk kegiatan 1000 buku untuk anak yatim dan dhuafa’, yang di kelola oleh ulurkantangmu.org, dalam sedekah tersebut sahabat Anis tidak berharap apa-apa, tapi gak sampai seminggu Sahabat Anies Yulia  dapat gantinya berlipat-lipat, demikian tuturnya! Sungguh luar biasa keajaiban sedekah!!! 

Relawan telah mendistribusikan bantuan 1000 buku untuk anak yatim dan dhuafa’ ke Panti Asuhan Muhammadiyah Putri “Nyai Ahmad Dahlan” Ponorogo


Segala puji bagi Alloh Ta’ala Yang Meng­aruniakan rezeki tanpa batas, Yang Maha Pemurah lagi Maha Pem­beri. Sholawat dan salam semoga dilim­pahkan kepada Nabi Muham­mad Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, kerabat, sahabat, dan pengikut­nya yang setia hingga hari kiamat, Alhamdulillah hari Sabtu tanggal 14 Juli 2012 Relawan www.ulurkantanganmu.org telah menyerahkan bantuan 1000 buku untuk anak yatim dan dhuafa’ ke Panti Asuhan Muhammadiyah Putri “Nyai Ahmad Dahlan” Ponorogo yang beralamat Jl. Imam Bonjol 44 Ponorogo Telp. (0352) 487673.  Batuan berupa buku dan alat tulis ini diterima langsung oleh anak-anak panti yang di dampingi oleh Sahabat Umi R salah satu pengasuh Panti Asuhan  
Muhammadiyah Putri “Nyai Ahmad Dahlan” Ponorogo, Semoga amal jariyah para sahabat diterima Allah SWT, yang senantiasa pahalanya terus menerus mengalir tanpa putus. Jika para sahabat ingin memberikan santunan langsung berupa Zakat, Infaq, Shadaqah pada Panti Asuhan Muhammadiyah Putri “Nyai Ahmad Dahlan” Ponorogo bisa melalui No. Rek : 1. BPR Rasunawa Ponorogo : 10-210.03051 a/n Panti Asuhan Muhammadiyah Ponorogo, atau Bank BNI 46 Cabang Ponorogo : 0047313894 a/n Muhammad Idris Septianto, atau juga bisa melalui website www.ulurkantanganmu.org  bisa ditransfer via Mandiri an. Tarmin No Rek. 138-00-0686197-0





Akhirnya Kiki Mau Bersekolah Lagi


Alhamdulillah setelah menerima buku tulis dari ulurkantangmu.org yang dikemas dalam 1000 Buku untuk anak yatim & Dhuafa' Kiki ini bersemangat lagi untuk masuk sekolah, maklum karena dia masih terbiasa dengan aktifitas bermain sehingga masih merasa malas atau enggan untuk masuk sekolah, semoga dengan ulurantangan dari sahabat semua bisa membuat semangat kiki untuk terus bersekolah, karena pendidikan di waktu kecil itu ibarat mengukir di atas batu. Usia kanak-kanak adalah masa keemasan dalam kehidupan seseorang. Segala yang dipelajari dan dialami pada masa ini –dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala– akan membekas kelak di masa dewasa.
Tak heran bila di kalangan pendahulu kita yang shalih banyak kita dapati tokoh-tokoh besar yang kokoh ilmunya, bahkan dalam usia mereka yang masih relatif muda. Dari kalangan sahabat, ada ‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhum, dan banyak lagi. Kalangan setelah mereka, ada Sufyan Ats-Tsauri, Al-Imam Malik, Al-Imam Asy-Syafi’i, dan Al-Imam An-Nawawi rahimahumullah.
Begitulah memang. Dari sejarah kehidupan mereka kita bisa melihat, mereka telah sibuk dengan ilmu dan adab semenjak usia kanak-kanak. Jadilah –dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala– apa yang mereka pelajari tertanam dalam diri dan memberikan pengaruh terhadap pribadi.


Sedekah Tak terbukti Uang Kembali !!!

Written By Amien on Senin, 09 Juli 2012 | 08.12


Suatu ketika di tahun 2006, dalam acara Islamic Book Fair di Gelora Bung Karno, ustadz Yusuf Mansur menantang jamaah. Usai sedikit memberi pengantar tentang kehebatan sedekah, Sang Ustadz berkata, “Silakan Bapak-bapak Ibu-ibu sisihkan uang untuk kami salurkan untuk kegiatan sosial.” Lalu ia bentangkan sorban di atas meja. “Perhatikanlah, sesudah Bapak dan Ibu bersedekah, apa yang terjadi. Kalau sekiranya, tidak terjadi apa-apa yang menunjukkan bahwa sedekah adalah amal ibadah yang luar biasa, bapak ibu silakan hubungi saya, uang akan saya ganti,” tantangnya.
“Tapi kalau ternyata sedekah bapak dan ibu terbukti dibalas dengan berbagai kebaikan berlipat, hubungi saya juga, lalu ceritakan kepada saya dan masyarakat agar gemar bersedekah.”
Para pengunjung itu pun satu persatu merogoh kantongnya. Di atas sorban Ustadz Yusuf Mansur pun terkumpul beberapa pecahan rupiah. Dari pecahan seribu sampai seratus ribu rupiah.
Di antara yang ikut menaruh uang sedekah di atas sorban adalah Amad Chumsoni (34). Pegawai sebuah perusahaan kontraktor itu meletakkan selembar uang limapuluh ribuan. “Saya penasaran ingin membuktikan tantangan Ustadz Yusuf Mansur,” ungkap Amad.
Seminggu ditunggu, dua minggu dinanti, tak ada kejadian istimewa.
Bulan kedua, sepertinya ada yang patut direnungkan oleh Amad.
Saat itu, istrinya hamil tua 8 bulan. Akibat ikut sinoman (membantu orang hajatan—red) acara walimahan orangtuanya, Marwita (34) istrinya, kelelahan. Takut berpengaruh terhadap janin, Amad melarikan istrinya ke rumah sakit, menjalani rawat inap. Beberapa hari saat istri masih dirawat, teman sekantor, kontak. “Pak, tolong, minta nomor rekeningmu.” Nomor rekening Amad tak berapa lama, bertambah 5 juta rupiah! Amad pun,” Apakah ini balasan dari Allah Swt atas sedekah 50 ribu saya tempo hari?” Entahlah, Amad hanya berucap syukur, karena pertolongan datang di saat yang sangat tepat.
Selang beberapa lama, Amad yang masih kuliah S2 itu ketemu temannya. “Mad, apa kamu nggak kepengin pergi naik haji?” Amad menjawab retoris,”Siapa sih orang yang tidak mau naik haji?”
Temannya lalu memberi saran, ”Kalau memang ada keinginan, lanjutkan dengan niat yang kuat untuk mewujudkan keinginan itu. Paling tidak dengan tindakan nyata. Misalnya dengan membuka rekening tabungan haji.” Amad berpikir sejenak,” Hhmm betul juga saran teman saya ini.”
Tak lama, Amad membuka rekening tabungan haji. Ia setor 900 ribu sebagai awalan. Istrinya juga ikut buka rekening haji. Setoran awal satu juta. Amad cerita ke teman-temannya, bahwa ia berencana naik haji. Seorang temannya mengingatkan, ”Hati-hati Pak Amad, kalau buka tabungan haji, nanti rezekimu jadi dasyat!”
Selain rezeki mungkin dasyat, tetapi godaannya juga cukup berat.
Tahun 2007, tabungan haji Amad dan istrinya sudah cukup. Waktu itu sudah terkumpul 54 juta rupiah. Cukuplah karena ONH memang Rp 27 juta saat itu. Diperkirakan kalau setor ONH 2007, maka ia bisa berangkat paling cepat 2009 atau 2010. Maklumlah waiting list calon jamaah haji Indonesia, bejibun.
Godaan itu pun datang. Tiba-tiba Amad berkeinginan membeli laptop. “Padahal saat itu saya sudah punya PC yang masih bagus,” katanya. Maka uang ONH cash on hand itu pun ditimang-timang. Apa sebagian mau dipakai dulu buat beli laptop atau gimana. Kan waktu hajinya, masih panjang.
Saat itu peringatan langsung datang. Di kantor, dua HP Amad hilang dicuri orang! “ Saya heran, selama ini HP saya taruh di meja kerja aman-aman saja, mengapa hari itu saya apes sekali?”
Amad pun kembali merenung. “Apa ada yang salah dengan pikiran dan tindakan saya selama ini?” Cukup lama Amad coba introspeksi diri. “Mungkin karena saya mencoba menyelewengkan uang tabungan haji untuk keperluan lain, yakni membeli laptop. Astaghfirullahal adziim,’’ Amad bersegera kembali ke niat semula, naik haji. Uangnya segera ia setor.
Sungguh aneh, tak berapa lama, kantor memberinya sebuah HP dan sejumlah uang. “Ini HP untuk menggantikan punyamu yang hilang, dan uang ini terserah mau beli HP lagi atau keperluan lain.”
Kemudahan berikut didapat Amad. Seyogyanya Amad dan istrinya berangkat 2009 atau 2010, tetapi di tahun 2008, mereka berdua sudah bisa terbang ke tanah suci.
Bahkan sebelum berangkat haji, Amad sempat ditugaskan kantor untuk ke Banjarmasin. Naik pesawatlah ia kesana. “Sepertinya saya dilatih untuk biasa naik pesawat, karena memang sebelumnya saya belum pernah naik pesawat terbang.”
Dihitung-hitung secara matematik, memang tidak bisa. Apakah semua itu karena sedekah yang ia berikan dulu. Tapi yang jelas, seusai naik haji, di rumah kontrakannya Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jaktim kedatangan tamu yang menawarkan rumah. Seorang teman yang butuh uang. Uang di kantong tak ada sepertiganya dari harga yang diminta temannya. Namun dengan bantuan pinjaman kantor dan keluarga, rumah seluas 49 meter persegi itu pun terbeli. “Alhamdulillah, Mas… saya akhirnya punya rumah sendiri, setelah sekian lama berstatus ‘kontraktor’,” ujar lelaki kelahiran Kutoarjo, Oktober 1975 ini setengah bergurau. [team daqu]


Date of Posting: 25 January 2011
Posted By: Sedekah Tak terbukti Uang Kembali !!!
Sedekah Tak terbukti Uang Kembali !!
Sumber : pppa.or.id

Menguras Kontrakan, Mendapat GOR


“Gila!” Begitu cibiran yang hampir tiap hari menyengat telinga Dani Hermawan. Cibiran sadis tersebut diterimanya, setelah ia mengambil keputusan drastis yang sangat tidak masuk akal bagi rasio awam.

Bagaimana tidak. Dani hanyalah seorang pekerja serabutan. Ia tinggal di rumah kontrakan di Bogor bersama seorang anak dan istri yang tengah mengandung anak kedua. Untuk makan sehari-haripun, Dani sekeluarga sangat terbantu oleh kebaikan mertuanya.

Nah, dalam kondisi begitu, Dani malah menguras isi kontrakannya. Bukannya untuk dijual buat makan dan beli susu anaknya, tapi justru disedekahkan.

Pencerahan sedekah Dani dapatkan, setelah nyawanya hampir melayang di ujung putus asa.
Semula, Dani Hermawan seorang supplier ayam yang cukup berjaya. Peternakannya luas, ayamnya ribuan. Mobil pengangkut ayam tiap hari keluar-masuk kandangnya. Uang setoran pun mengalir deras ke kantongnya.

Sampai kemudian, wabah flu burung menyerang. Puluhan demi puluhan ayam negeri Dani mati, sampai akhirnya ludes tak tersisa. Dani Hermawan bangkrut pada tahun 2007.

Tragisnya, hampir tidak ada sisa masa kejayaan usaha Dani. Uang yang melimpah justru membuatnya lalai untuk menyiagakan masa depan keluarga. Bahkan rumah pun mereka tak sempat punya. “Saya lalai, saya lalai,” kenang Dani sambil terisak.

Bersamaan dengan itu, Nia Kurniawati istrinya pun di-PHK dari tempat kerjanya.
Untuk melanjutkan hidup sekeluarga, Dani lalu kerja serabutan sambil “mantab” (makan tabungan) yang sedikit tersisa. Beruntung dia memiliki mertua yang baik, sehingga kebutuhan dapurnya kemudian tertalangi. Walaupun, sebagai kepala keluarga yang pernah jaya, pria ini sungguh tak enak hati hidup dalam naungan mertua.

Perasaan bersalah, malu, sekaligus khawatir, menumpuk di dada, membuat Dani Hermawan stress. Apalagi anak mereka yang kedua jelang lahir. Duit dari mana buat biayanya? Uang dari mana untuk membeli susunya? Lalu buat sekolahnya nanti bagiamana?

Masya Allah, tak kuasa menahan stress, bisikan setan pun diikutinya. Satu malam, Dani ngeloyor ke rel kereta api tak jauh dari rumahnya. Sampai di sana, dia lalu nekad membaringkan diri menyilangi salah satu rel.

Ketika kupingnya menangkap deru kereta Jabotabek dari arah Jakarta, Dani segera memejamkan mata rapat-rapat. “Sebentar lagi penderitaanku akan berakhir,” batinnya, walau dibarengi rasa takut.

Wes ewes ewes, bablas keretanya. “Lho, aku kok masih hidup,” Dani kaget ketika membuka mata. Olala, ternyata kereta api lewat melalui rel satunya.

Dani lalu memejamkan mata lagi, berharap kereta berikutnya segera lewat dan melindas tubuhnya.
Tapi, tunggu punya tunggu, si kereta tak datang jua. Sementara, Dani harus bersilat melawan gerombolan nyamuk yang mengerubutinya. Plak, plok, plaak.

Tak tahan dingin dan nyamuk, akhirnya Dani urung bunuh diri. Dengan langkah lunglai, pulang dia ke kontrakannya.

Suatu malam berikutnya, giliran bisikan malaikat yang dia ikuti. Saat iseng menyetel TV Banten, tiba-tiba Dani terpaku pada taushiyah Ustadz Yusuf Mansur. Sang Ustadz tengah menguraikan sedekah sebagai solusi problema kehidupan.

“Sedekah akan cepat bunyi bila ditunaikan dalam keadaan kita kepepet, lagi butuh, atau sangat menyayangi harta yang akan kita sedekahkan,” kata Ustadz, yang menancap betul di benak Dani.
Besoknya, dengan getol Dani mulai memburu dan melahap taushiyah Ustadz melalui radio dan televisi, juga VCD.

Melihat hobby baru suaminya, semula Nia sinis. “Aa’, yang pasti-pasti aja deh. Uang itu ya didapat dari kerja, bukan sedekah,” kata Nia yang waktu itu masih belum berbusana muslimah.
“O iya, ini juga pasti Dik. Tinggal kita yakin apa enggak,” Dani mencoba sabar. Ia maklum, dalam kondisi seperti ini istrinya jadi sensi.

Namun satu sore, Dani memergoki istrinya tengah menyimak VCD The Miracle. Tampak Nia manggut-manggut, merasa mendapat pencerahan.

“Iya ya A’, kita sedekahkan yang kita punya yuk,” katanya, disambut senyum Dani.
Tak tega rasanya Darmawan Setiadi, saat menjemput sedekah Dani di kontrakannya. Di bawah tatapan melompong putri Dani, Darmawan dan tim PPPA Daarul Qur’an mengangkut kulkas, televisi, tape, sampai ke handphone satu-satunya milik tuan rumah. Semua barang itu bakal dijual di PPPA Shop, hasilnya untuk membiayai program pembibitan penghafal Qur’an.

“Mas Dani, bagaimana kalau hape-nya tidak usah ikut disedekahkan. Mas Dani kan sangat memerlukannya,” bisik Darmawan kepada Dani.

“Oh, tidak Mas. Saya memang sudah meniatkan untuk disedekahkan bersama barang-barang lainnya. Doakan saja agar Allah memberi balasan yang terbaik buat kami,” jawab Dani mantap. Apa boleh buat. Sambil menahan tangis haru, Darmawan membawa semua barang sedekahan Dani. Tak ayal, kontrakan Dani langsung kosong melompong. Yang tersisa hanyalah almari kayu tua yang sudah tidak layak untuk disedekahkan sekalipun.

Almari itu bagian tengahnya bolong, tadinya untuk wadah TV. Setelah TV-nya diangkut, Az Zahra anak sulung Dani nyeletuk, “Yah, sekarang kita nonton tipinya bohong-bohongan ya?”
Dani menjawab dengan mengusap sayang kepala putranya. “Tenang, Nak, Allah Maha Kaya dan Maha Mengetahui,” katanya, ditingkahi senyum tulus sang istri.

Setelah itu, Dani dan Nia Kurniawati, menggetolkan riyadhoh. Mereka dawamkan amalan wajib, ditambah amalan sunnah Nabi seperti sholat tahajjaud, dhuha, dan puasa Senin-Kamis.

Saking rindunya pada Rasulullah SAW, Dani bahkan mulai membiasakan diri mengenakan baju gamis. Namun, mantan pengusaha peternakan ayam yang kini hobby-nya ke masjid itu, malah disalahpahami. Bahkan sebagian orang menganggapnya kurang waras.

“Dik, mengapa mereka tega mengataiku gila. Apakah orang tidak boleh berubah jadi baik,” keluh Dani Hermawan pada istrinya. “Sabarlah A’, insya Allah, Allah akan menunjukkan jalan,” Nia menghibur suaminya.

Kabar tentang “keanehan” Dani, rupanya sampai juga ke seorang pengusaha yang masih tetangganya. Suatu malam, Dani dipanggil ke rumah si pengusaha. Setelah menyimak kisah singkat perjalanan hidup Dani, pengusaha itu berkata, “Hobby-mu apa Dan?”
“Badminton, Pak, tapi belakangan ini sudah jarang main lagi,” Dani tersenyum.
“Ya sudah, nanti kapan-kapan kita ketemu lagi.”
Saat dipanggil kembali, Dani kaget bukan kepalang. Pengusaha tersebut menjadikannya manajer Gedung Olah Raga (GOR) badminton di Jalan Soleh Iskandar, Bogor.

Selain menyewakan gedung badminton, Dani Hermawan juga mengajar kelas bulu tangkis. Dia pun melayani les privat olahraga yang sama. Ini menjadi kekuatan GOR yang dikelolanya.
“Awalnya, hanya satu klub yang menjadi pelanggan kami. Sekarang alhamdulillah, sampai harus antri kalau mau makai GOR kami,” kata Dani.

Kini, kehidupan Dani Hermawan dan istrinya bersama kedua buah hati mereka, Azzahra Putri Dani dan Juaneta Putri Dania, jauh lebih baik. Tanpa dipaksa sang suami, Nia Kurniawati sudah berbusana muslimah. Mereka sangat mensyukuri semuanya, meskipun belum memiliki rumah sendiri. (aya hasna)

(sumber buku dahsyatnya sedekah)

Date of Posting: 03 December 2010
Posted By: Dani Hermawan: Menguras Kontrakan, Mendapat GOR
Sumber : pppa.or.id

Dari Cleaner menjadi Sekdir


Warlim (31), mengaku tak menyangka jika kini bisa jadi Sekretaris Direksi Rumah Sakit Cinere, Depok, Jawa Barat. Maklumlah, lulusan SMP asal Sumedang, Jawa Barat, ini memulai kariernya 10 tahun lalu sebagai staf cleaning service.

Apa rahasia suksesnya?
Sedekah! Paling tidak berupa senyum tulus kepada saudaranya. Bukankah Nabi Muhammad SAW telah berpesan, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah” (HR Imam Tirmidzi).

Senyum yang murah tersungging di bibirnya, menunjukkan pria ini tak pernah mengeluh dengan pekerjaannya. Rekan kerja dan atasannya pun melihatnya sebagai pekerja yang bertanggungjawab, loyal, dan bersemangat untuk belajar.

Warlim misalnya, turut menyedekahkan waktu luangnya untuk membantu penyelenggaraan kegiatan keagamaan di lingkungan rumah sakit. Kegiatan ini pula yang ikut mempengaruhi jalan hidupnya.

Suatu ketika, Warlim bertugas mengundang Ustadz Yusuf Mansur untuk memberi taushiyah di pengajian bulanan. Dari perkenalan dan menyimak pesan dakwah Ustadz inilah, Warlim semakin giat bersedekah. Meski tak besar, Warlim rutin menyisihkan sebagian gajinya untuk sedekah. Dia juga turut membantu menghimpun sedekah untuk disalurkan melalui PPPA Daarul Qur'an.

Keikhlasan dan kerajinan Warlim dalam bekerja sambil berdakwah, rupanya menarik perhatian pimpinan rumah sakit. Ia lalu mendapat beasiswa melanjutkan pendidikan SMU dan bahkan perguruan tinggi. Hingga kemudian ia layak dipromosikan jadi Sekretaris Direksi.

Tak hanya itu. Lewat amalan sedekah dan ibadah, keinginannya untuk memiliki rumah sendiri, terwujud. ''Semuanya tak lepas dari sedekah atasan dan teman-teman saya,'' ungkap Warlim penuh syukur.

Ia kini menempati rumah sendiri di Parung, Bogor, bersama sang istri Iin Parlina dan kedua anak mereka, Indah Linawati dan Muhamad Nawaf Mahfud.(Lukman Hakim Zuhdi).

(sumber Buku DAHSYATNYA SEDEKAH)

Date of Posting: 02 December 2010
Posted By: Dari Cleaner menjadi Sekdir
sumber : pppa.or.id 

Kuras Isi Dompet Dapat Anak & Rumah


Bak palu godam menghujam dada, saat dokter ahli kandungan memvonis Chamelia tak bakal punya anak. Tak terbayangkan dukanya, bagaimana Chamelia dan suami Mart Andreyas Supeno, jadi pasutri tanpa anak. Selama dua tahun, sejak menikah pada 2006, segala macam usaha medis dan nonmedis agar Chamelia bisa hamil, tak jua berbuah hasil. Malah ujungnya divonis, mandul. Duh!
Chamelia sempat down. Untungnya, suami selalu menghibur dan mengajak untuk selalu bersabar. “Anak itu milik Allah, kalau Allah menghendaki menitipkan anak pada kita, tidak ada yang bisa menghalangi. Yang penting kita terus berikhtiar,” hibur Mart, pria kelahiran 30 Maret 1978.
Walau sedikit menghibur, tak ayal kegundahan terus menggelayut. Bayangkan, seumur tanpa anak kandung…Walau ada yang menyarankan untuk melakukan inseminasi buatan, atau bayi tabung, sama sekali tak mengusik kenikmatan bayangan punya bayi kandung yang lahir secara normal seperti perempuan lainnya.
Saat hati sedang tidak karuan itulah, seorang teman memberi saran supaya melakukan konseling ke Wisata Hati milik Ustadz Yusuf Mansur, yang cabangnya ada di Masjid Agung Jawa Tengah. Chamelia pun bergegas ke kantor perwakilan Wisata Hati Semarang. Disana perempuan kelahiran Tegal, 13 Maret 1978, bertemu ustadz Saefudin.
Oleh ustadz Saefudin, Chamelia dan suaminya, disarankan untuk melakukan amalan sholat taubat 6 rakaat sebelum tidur, membaca istighfar sampai tidur, sholat tahajud 6 rakaat, kemudian kami tambah sholat hajat, sholat dhuha 6 rakaat, dan kami disarankan untuk melakukan sedekah sebanyak – banyaknya dan dibagi dibeberapa tempat. “Semua harus kami amalkan dengan istiqomah dan ikhlas, hanya ridho dan kasih sayang Allah yang kami harapkan. Karena kami yakin bahwa Allah Maha Berkehendak dan memiliki segalanya. Kami pasrah anak yang punya Allah, jadi kami hanya meminta dengan Allah saja itu yang kami pikir saat itu,” tutur Chamelia.
Adalah kehendak Allah subhanahu wa ta’ala juga saat Chamelia ditakdirkan bertemu dengan ustadz sedekah, Ustadz Yusuf Mansur, di bulan Januari, tahun 2008. Saat itu ustadz Yusuf Mansur diundang ceramah di Masjid Baiturrahman, Semarang. Saat itu kepada para jamaah masjid ustadz Yusuf menghimbau supaya jangan ragu-ragu menguras isi dompet untuk tujuan sedekah” Sedekahkan seluruh isi dompet kalian.” Kesempatan bertemu ustadz Yusuf tak disia-siakan oleh sepasang suami istri yang sedang dirundung duka itu. Kepada ustadz Yusuf, Chamelia memohon agar beliau mendoakan agar Allah segera memberikan kepada mereka anak. Ustadz Yusuf pun mendoakan mereka. “Yang penting ente-ente semua, jangan lupa bersedekah,” ujar ustadz Yusuf dengan gaya betawinya yang khas.
Chamelia dan suaminya pun, tanpa ragu menguras isi dompetnya. Yang tersisa hanya uang Rp 10.000, sekedar untuk jaga-jaga kalau tiba-tiba sepeda roda dua milik mereka, habis bensin atau ban bocor.
Siapa sangka, semenjak peristiwa yang menguras air mata mereka itu, segala jalan cita dilempangkan. Masih di tahun 2008, tepatnya bulan Maret, Chamelia dinyatakan positif hamil. “Alhamdulillah, kebahagiaan kami tak terkira,” ujar Chamelia, yang diamini suaminya, Mart.
Neysha Fiedella Syabil, anak yang sudah ditunggu-tunggu itu, pun lahir pada 30 Nopember 2008. Duh, subhanallah, bahagianya.
Balasan dari Allah, jauh sebelumnya, juga sudah diberikan, yakni pada tahun 2007, beberapa bulan setelah saran ustadz Saefudin dilaksanakan oleh pasangan suami istri itu. Balasan itu berupa kemampuan membeli tanah, dengan harga di bawah standar. Lalu pada awal 2008, Mart dan istrinya mulai sedikit demi sedikit membangun rumah. Saat kami sedang membangun pondasi rumah itulah, Chamelia dinyatakan hamil.
Bahkan, ketika pada masa kehamilan ada gejala akan ada masalah, kami sikapi dengan cepat-cepat bersedekah. Kelahiran pun akhirnya berjalan normal.
“Sampai sekarangpun kami masih belum percaya kami bisa membangun rumah sampai Rp 300juta, anak kami lahir sehat. Sekarang kami jadi ketagihan buat sedekah karena apa yang kami beri dibalas Allah SWT berlipat ganda diluar perkiraan kami,” tutur Chamelia tanpa bermaksud ria, tapi sekedar mengabarkan betapa besar nikmat Allah, yang bisa diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. [team daqu]


Date of Posting: 25 January 2011
Posted By: Kuras Isi Dompet Dapat Anak & Rumah
Chamelia Purnamasa
Sumber : pppa.or.id

Sedekah membawa Kuliah


Kecewa, sempat merayapi hati Qisthi Fadhilah (21). Dia sangat berharap dapat beasiswa penuh dari PPPA Daarul Qur'an untuk kuliah. Maklumlah, keluarganya di Tasikmalaya, sungguh dhuafa. Untuk masuk kuliah pun, Qisthi mengandalkan honor mengajar ngaji di TPA kawasan Ciputat, Jakarta Selatan. Namun, apa daya, beasiswa yang diterimanya ternyata belum bisa penuh.

“Sabarlah, mungkin saya harus menuntaskan hafalan Qur'an sampai 30 juz,” Penghafal 9 juz ini menghibur diri.

Tak dinyana, datang kabar terbaru dari PPPA. Qisthi dinyatakan layak mendapat beasiswa penuh. Ia sekeluarga kontan sujud syukur.

“Duh, bahagianya tak terlukiskan kata-kata. Saya dapat beasiswa penuh, dan dari lembaganya Ustadz Yusuf Mansur pula,” kenang mahasiswa SEBI jurusan Perbankan Syariah Semester 4 ini.

Sebagai ungkapan syukur, alumnus Pondok Pesantren Nurul Iman, Tasikmalaya, ini menggenmjot hafalan Qur'an dia. “Alhamdulillah, saya kini sudah hafal 14 juz. Insya Allah akan saya khatamkan hingga 30 juz,” ucap Qisthi.

Tak ketinggalan, ia berdoa bagi kebaikan amilin PPPA dan para donaturnya.
Baginya, semua itu adalah keajaiban sedekah yang luar biasa. Dia sendiri mengaku pernah merasakannya, walau “kecil-kecilan”. “Ketika saya kesusahan pada suatu hari, saya tahu karena saya belum bersedekah pada hari itu. Kemudian saya pun mengeluarkan sedekah meskipun dalam jumlah kecil. Alhamdulillah, saya mendapatkan rizki yang tak terduga,” tutur Qisthi.

Karenanya, Ustadzah ini ini tak ragu lagi mendakwahkan kedahsyatan sedekah. “Kalau mengisi pengajian Majlis Taklim, insya Allah saya pun mendakwahkan tentang manfaat sedekah dan mengajak masyarakat untuk menghafal Al-Quran,” katanya. (awen)

Date of Posting: 02 December 2010
Posted By: Sedekah membawa Kuliah
Sumber : ppa.or.id

‘Ngambil Hati’ Allah dengan Sedekah


 “Siapa sih yang nggak kesel sama ‘Mr Cepe’,” ucap Ali Zaenal (33), pesinetron, model, dan bintang iklan. Seringkali mereka sok jadi pengatur lalu lintas yang sebenarnya tak membutuhkan kehadiran mereka. Sudah begitu, cara ngaturnya tidak adil, tergantung siapa yang bayar duluan dan gedean. Ditambah lagi, uang yang diperoleh buat beli rokok. Hah, apek deh.
“Kalau menuruti perasaan sih, emang kita nggak ikhlas ngasih receh ke ‘Pak Ogah’ atau ‘Mr Cepe’,” imbuh pemain Itikharah Cinta ini. Tapi, dengan ilmu matematika sedekah, perasaan terpaksa itu terkikis. Zaenal pun selalu menyiagakan uang receh untuk ‘Mr Cepe’ dan pengemis di kantong maupun di mobilnya.
“Memang tidak mudah untuk selalu ikhlas dalam suasana apapun. Tapi alhamdulillah, sejak kecil saya dididik orangtua, terutama Mama, untuk ikhlas berbagi dengan sesama,” ungkap Zaenal, yang biasa memberi sumbangan pembangunan masjid di dekat rumahnya. Ia mengutip pesan ibunya, “Sedekah tidak akan membuat pelakunya rugi atau miskin.”
Pesan itu semakin mantap diamalkannya, setelah Zaenal mengikuti ilmu matematika sedekah yang disyiarkan Ustadz Yusuf Mansur.
Karenanya, Ali Zaenal tak pernah menyepelekan sedekah. Dia yakin, sekadar Rp 500 atau Rp 1000 yang disedekahkan kepada pengemis atau pengatur jalan, akan memberikan dampak positif. Meskipun tidak selalu berupa imbalan materi. “Misalnya, kita jadi gak kena macet, atau kita luput dari kecelakaan yang mestinya menimpa kita di jalanan,” terang Zaenal.
Kalau badan terasa “nggak asyik”, ia langsung menyembuhkan diri dengan bersedekah. “Alhamdulillah, pegel-pegel kemudian jadi tak terasa,” akunya.
Bahwa sedekah juga mengundang rejeki material yang lebih besar, Ali Zaenal sudah biasa merasakannya. Contohnya, ketika ia memberikan sepeda yang sudah jarang dipakai, kepada pembantu di rumahnya. Ternyata sepeda angin tersebut sangat bermanfaat dan menolong si pembantu. Dan Ali sendiri kemudian mendapat ganti yang jauh lebih baik dari itu.
“Belum lama ini aku ngasih bajuku ke orang. Masya Allah, aku sekarang dapat kontrak jadi model rumah produksi baju,” imbuh ayah dari Jibril ini.
Tak lupa ia juga mengutamakan sedekah kepada kaum kerabat terdekatnya. “Pemberian nafkah suami ke istri dan anak kan juga sedekah,” suami Rena Oktavia Muis ini mengutip Ustadz-nya.
Untuk “ngambil hati” Allah SWT, pria kelahiran Jakarta, 12 November 1978, ini biasa memberi sesuatu kepada orangtua, terutama ibu. “Surga kan di telapak kaki ibu. Ridho Ilahi tergantung kepada kerelaan ibu. Makanya, penghormatan kepada ibu tiga kali lipat dibanding kepada ayah,” ia mengutip pesan hadits.
Ketika belum lama ini Ali Zaenal membelikan ibunya sebuah rumah, tak disangka-sangka ia lalu mendapat rejeki berupa 2 buah rumah sekaligus. “Subhanallah,” Ali Zaenal bersyukur. (bowo)

Date of Posting: 02 August 2011
Posted By: Ali Zaenal
‘Ngambil Hati’ Allah dengan Sedekah
Sumber : ppa.or.id

7 Kecamatan di Wonogiri Dilanda Kekeringan

Written By Amien on Rabu, 04 Juli 2012 | 19.40



Wonogiri – Sebanyak 7 kecamatan di Kabupaten Wonogiri ditengarai rawan terlanda bencana kekeringan tahun ini. Kesemuanya terletak di wilayah Kabupaten Wonogiri sisi selatan.
Ketujuh kecamatan yang rawan kekeringan adalah Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Manyaran, dan Eromoko.  Namun yang paling parah adalah Pracimantoro, Paranggupito, dan Giritontro. Demikian diungkapkan Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra) Setda Kabupaten Wonogiri, Maryanto, Senin (25/6).
“Sementara yang kita prediksi ada tujuh kecamatan tadi, ya mudah-mudahan tidak sampai bertambah lagi, atau harapannya malah jangan sampai ada bencana kekeringan lagi,“ ujar Maryanto.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, 3 kecamatan yang tergolong paling parah tersebut selalu dilanda kekeringan. Bahkan bisa dikatakan merupakan daerah langganan bencana krisis air bersih.
“Dalam waktu dekat akan kita rapatkan untuk mengantisipasi jika memang terjadi krisis air, termasuk rencana dropping air yang pasti akan kita lakukan,“ jelas mantan Camat Ngadirojo ini.
Hanya saja lantaran keterbatasan anggaran, dropping air tidak mungkin bisa mengcover seluruh wilayah. Sehingga pihaknya mengharap ada kepedulian dari masyarakat maupun kalangan usaha.
“Kalau dari APBD baru ada dana Rp 150 juta, ditambah program CSR (Corporate Social Responsibility) dari beberapa perusahaan tetap tidak akan mencukupi,“ tambahnya.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Uluran tangan anda sangat membantu mereka yang membutuhkan! - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger